Minggu, 30 Desember 2012

LAPORAN PRAKTEKUM


PRAKTEK KOMUNIKASI DAN JARINGAN KOMPUTER
Pemasangan Kabel  UTP
Bahan – bahan yang harus disediakan
1.       Tools atau (crimping atau tang potong pengupas cabel) : 1 buah
2.       Kabel UTP  Sepanjang                                                                     : 4 meter            
3.       RJ  45 sebanyak                                                                                  : 8 Buah
Berdasarkan Inti Kabel Multi Mode
A Yaitu Cross                                                                    
HIjau                     1 Hijau Putih
                                2 Hijau
                                3 Orange
Orange    Biru     4 Biru
                                5 Biru Putih
                                6 Orange
Coklat                   7 Coklat Putih
                                8 Coklat
                           
      B Yaitu Straight
Orange                 1 Orange Putih
                                2 Orange
                                3 Hijau Putih
Hijau         Biru     4 Biru
                                5 Biru Putih
                                6 Hijau
Colat                     7 Coklat Putih
                                8 Coklat
Konsep Cara Pemasangan Kabel UTP
1.       1 ke 2 , 3 ke 6,  4 ke 5, 7 ke  8
2.       Pin Ganjil 1,3,5, selalu ada Putih
Cara membuktikan nya
·         Control Panel
·         Network and Internet
·         Lokal Area Conection
·         Klik kanan Properties
·         Use the foloowing 
·         Masukan addres  untuk           A cross     192.168.1.3 ,  288,288.288.0
                                                          B  Straght 192.168.1.2  , 288.288.288.0

PRAKTEK JARINGAN KOMUNIKASI DATA JARINGAN KOMPTER
Tugas Praktikum
Langkah IP addres
1.       Klik start
2.       Control panel
3.       Network & internet connection
4.       Network connection
5.       Klik kanan tombol area connection
6.       Ambil Properties
7.       Ambil IP Adderes ( 192.168.17.07)
8.       Klik di bawahnya subnet mask (255.255.255.6) setelah itu klic OK
9.       Klik Start
10.   Klik Run setelah itu klic cmd lalu OK
11.   Setelah itu keluar tanda <:) lalu isi dengan  ipconfig lalu enter
12.   Lalu masukan (:)ping 192.168.17.007
13.   Lalu Enter
111012007 atau 7
007
7+2
2?=9
24=9
16=9
255.255.255.240
192.168.7      0-15
                         16-31
                         32-47
                         48-63
                         64-79
                         80-95
                         96-111
                         112-127
                         128-143
                         144-159
                         160-175
                         176-191
                         192-207
                         208-223
                         224-239
                         240-255

Minggu, 23 Desember 2012

ROUTING DINAMIK


Dynamic routing adalah fungsi dari routing protocol yang berkomunikasi dengan router yang lain untuk saling meremajakan (update) tabel routing yang ada. Dengan demikian, administrator tidak perlu melakukan updating jalur (path) jika terjadi perubahan jalur transmisi (path). Dynamic routing umumnya digunakan untuk jaringan komputer yang besar dan lebih kompleks.
                Dynamic routing di bagi menjadi 2, yaitu:
1. Interior Gateway Protokol
2. Exterior Gateway Protokol
                Open Shortest Path First (OSPF) adalah routing dinamic yang masing router memiliki tabel daftar ID dari router-reiuter yang terkoneksi. Jalan yang akan di lalui adalah route yang nilainya terpendek (sesuai dengan namanya). Routing model ini termasuk smart route karena jika terputus akan mencari jalan lain secara otomatis.
                Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah routing protokol distance vector yang dibuat oleh Cisco. IGRP mengirimkan update routing setiap interval 90 detik. Update ini advertise semua jaringan dalam AS.
                Routing Information Protocol (RIP) adalah protokol routing dinamik yang berbasis distance vector. RIP menggunakan protokol UDP pada port 520 untuk mengirimkan informasi routing antar router. RIP menghitung routing terbaik berdasarkan perhitungan HOP. RIP membutuhkan waktu untuk melakukan converge. RIP membutuhkan power CPU yang rendah dan memory yang kecil dari pada protocol yang lainnya.

KONFIGURASI
KONFIGURASI ROUTER1
R1(config)#int s1/0
R1(config-if)#ip address 202.110.10.1 255.255.255.0
R1(config-if)#clock rate 128000
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#int f0/0
R1(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#int f0/1
R1(config-if)#ip address 192.168.0.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shut
R1(config-if)#exit
R1(config)#router rip
R1(config-router)#network 192.168.0.0
R1(config-router)#network 192.168.1.0
R1(config-router)#network 202.110.10.0
R1(config-router)#network 172.16.0.0
R1(config-router)#network 172.18.0.0
R1(config-router)#network 172.30.0.0
R1(config-router)#network 10.0.0.0
R1(config-router)#end
R1#wr mem // ini adalah perintah untuk menyimpan konfigurasi router kedalam IOS //
R1#sh ip int brief // ini adalah perintah untuk melihat status interface sudah UP atau belum //
R1#sh ip route // ini adalah perintah untuk melihat rute jalur routingnya //
R1#ping 10.0.0.1


KONFIGURASI ROUTER2
R2(config)#int s1/0
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 202.110.10.2 255.255.255.0
R2(config-if)#clock rate 128000
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#int s1/1
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 172.18.0.1 255.255.0.0
R2(config-if)#clock rate 128000
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#int f0/0
R2(config-if)#ip ad
R2(config-if)#ip address 172.16.0.1 255.255.0.0
R2(config-if)#no shut
R2(config-if)#exit
R2(config)#router rip
R2(config-router)#network 172.16.0.0
R2(config-router)#network 202.110.10.0
R2(config-router)#network 172.18.0.0
R2(config-router)#network 192.168.0.0
R2(config-router)#network 192.168.1.0
R2(config-router)#network 10.0.0.0
R2(config)#end
R2#wr mem // ini adalah perintah untuk menyimpan konfigurasi router kedalam IOS //
R2#sh ip route

KONFIGURASI ROUTER3
Router>ena
Router#conf t
Router(config)#hos
Router(config)#hostname R3
R3(config)#int s1/0
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 172.18.0.1 255.255.0.0
R3(config-if)#clock rate 128000
R3(config-if)#no shut
R3(config-if)#exit
R3(config)#int f0/0
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 10.0.0.1 255.0.0.0
R3(config-if)#no shut
R3(config)#int f0/1
R3(config-if)#ip ad
R3(config-if)#ip address 172.30.0.1 255.255.0.0
R3(config-if)#no shut
R3(config-if)#exit
R3(config)#router rip
R3(config)#network 172.30.0.0
R3(config)#network 172.18.0.0
R3(config)#network 10.0.0.0
R3(config)#network 202.110.10.0
R3(config)#network 172.16.0.0
R3(config)#network 192.168.0.0
R3(config)#network 192.168.1.0
R3(config)#end
R3#sh ip route

Kemudian jangan lupa untuk menkonfigurasi IP Address komputer client sesuai dengan topologi jaringan yang telah di design sebelumnya. Dan jangan lupa untuk melakukan test ping untuk memastikan koneksi antar network.

PC0>ping 172.30.0.2

Pinging 172.30.0.2 with 32 bytes of data:

Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=219ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=250ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=250ms TTL=125
Reply from 172.30.0.2: bytes=32 time=235ms TTL=125

Ping statistics for 172.30.0.2:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
Minimum = 219ms, Maximum = 250ms, Average = 238ms
PC0>tracert 172.30.0.2

Tracing route to 172.30.0.2 over a maximum of 30 hops:

1 63 ms 94 ms 78 ms 192.168.1.1
2 125 ms 125 ms 125 ms 202.110.10.2
3 156 ms 141 ms 125 ms 172.18.0.2
4 234 ms 218 ms 187 ms 172.30.0.2

Trace complete.

Dengan demikian sudah dapat kita hubungkan antara PC0 pada network 192.168.1.0/24 dengan network PC4 yang memiliki network 172.30.0.0/16, demikian juga untuk koneksi yang lain.

ROUTING STATICK

static routing adalah salah satu cara untuk membuat table routing secara manual. Static routing ini berguna untuk jaringan sederhana yg menggunakan beberapa router dan juga untuk menghemat penggunaan bandwidth.

cara membuat static routing Dalam Cisco Router, static routing secara default sudah dalam posisi enable, jadi jika ingin membuat IP static routing cukup dengan mengetikkan perintah :Router(config)#ip route <network destination id> <subnet mask> <default gateway> <administrative distance>

network destination id adalah alamat jaringan yg dituju
subnet mask adalah subnet mask dari jaringan yg dituju
default gatewayadalah IP address Gateway, biasanya IP address router yg berhubungan langsung.
administrative distanceadalah nilai 0-255 yg diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yg diberikan bertambah tinggi kegunaannya. Jika tidak diberikan, nilai default akan dipakai. Nilai default untuk directly connected (C) =0 dan statically connected (S) =1.
Contoh : Router0(config)# ip route 192.168.12.0 255.255.255.0 202.200.100.2
Study kasus, terdapat 3 router yg menghubungkan 4 IP Network yg berbeda, dimana masing-2x pc client harus dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Gimana configurasi didalamnya ?? supaya semua pc bs terhubung satu dengan lainnya ???

 

Routing

Seperti yang kita ketahui klo jaringan adalah tehnologi komunikasi yang sangat tangguh, bayangkan jika jaringan itu tak ada, mungkin kita tidak akan berhubungan dengan yang lain semudah sekarang ini. Walaupun klo kita ngomongin jaringan itu sangat luas, yang positif ya jaringan telpon, jaringan komputer dan lain-lain, yang negatifnya ya jaringan mafia, jaringan penjualan wanita dan anak-anak dan sebagainya. Tetapi kita tidak membahas tentang jaringan ini, Cuma yang akan kita bahas tentang protocol jaringan komputer yaitu protocol routing, yang mana di gunakan untuk menghubungin antara dua atau lebih jaringan komputer. Di dalam jaringan, sebuah komputer bisa berhubungan dengan yang lainnya jika mereka berada pada network yang sama. Sebuah komputer yang mempunya ip 192.168.1.1/26 gak akan bisa berkomunikasi dengan komputer yang mempunya ip 192.168.1.68/26 karena mereka mempunyai network yang berbeda. Tatapi yang di atas itu bukanlah hal mutlak, jaringan A bisa saja berhubungan dengan jaringan B jika kita memasang router di antara nya, mesin router ini akan merouting mereka sehingga bisa berkomunikasi. Tapi apakah routing itu sendiri?, saya coba menanyakan maksud routing ini sendiri ama mbah wiki dan menurutnya, routing itu adalah proses pemilihan path(jalan) pada sebuah network untuk mengirimkan trafik fisik atau data. Jadi dia melewati secara langsung alamat paket dari sumbernya ke tujuan dengan melalui node-node. Static Routing,

Static routing yaitu proses pemilihan path ke jaringan lain dari jaringan kita secara manual. Pada jaringan bersekala kecil sangat effektif menggunakan cara ini, tapi jika pada jaringan bersekala besar akan sangat merepotkan, tapi bukan berarti tidak bisa, Cuma sangat merepotan aja. Bentuk perintah dari static routing sendiri seperti di bawah ini, route network/ip tujuan subnet gateway jika kita ingin komputer A yang mempunyai ip 192.168.1.4/26 dan default gateway 192.168.1.1 untuk berkomunikasi dengan komputer B yang mempunyai ip 192.168.5.68/26 dan gateway-nya 192.168.5.65, tapi sebagai catatan perintah yang akan kita jalankan di bawah ini adalah bayangan, jika anda memakainya anda harus menggunaan yang sesui dengan mesin anda, kira-kira beginilah contoh perintah static routing, yang mana akan kita tulikan pada gateway-nya komputer A: ip route 192.168.5.64 255.255.255 192 .168.1.1 lalukan hal yang sama pada gateway-nya komputer B, dengan mengetikan command ip route 192.168.1.0 255.255.255.192 192.168.5.65 sekarang anda coba ping dari komputer A ke komputer B, dengan perintah : ping 192.168.5.68 jika anda mendapatkan hasil seperti ini, berarti anda berhasil: Pinging 192.168.5.1 with 32 bytes of data: Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Reply from 192.168.5.1: bytes=32 time=1ms TTL=64 Berarti anda telah berhasil menjalankan static routing. Dinamik routing, Di atas kita telah mambahas tentang static routing, sekarang kita akan membahas tentang dinamik routing.
Sekarang ada banyak sekali protocol dinamik routing yang di pakai di jaringan, contohnya seperti rip, ripv2, bgp, ospf dan lain-lain. Sekarang kita akan membahas dinamik routing yang menggunakan protocol RIP. Sama dengan contoh di atas, tetapi sekarang kita akan meroutingnya dengan menggunakan RIP. Pertama yang perlu anda lalukan adalah menentukan pada mesin untuk menggunakan protocol rip. Setelah itu anda tinggal menentukan ke network-network sehingga mesin anda bisa menentukan table routingnya. Karena kita menggunakan sample di atas jadi pada gateway komputer A anda jalankan perintah ini : Ip router protocol RIP Lalu ketikan Network 192.168.5.65 255.255.255.192 192.168.1.1 Pada gateway komputer B, Ip router protocol RIP Enter Network 92.168.1.0 255.255.255.192 192.168.5.65 Lalu coba check menggunakan fitur ping, untuk mengetahui apakah anda telah melakukannya dengan benar. Sebenarnya saya juga ingin membahas protokol routing ospf tapi saya dah lupa, jarang di pake sih, ya mo gimana kita Cuma mengurus jaringan kecil *sedih* Untuk protokol jaringan lainnya akan kita bahas setelah saya mengerti tentang mereka, ok?

Latihan Routing Static
Dari => Router => Switch => PC
A:     Router0
serial0/1     = 10.1.1.1
Fa0/1        = 192.168.1.1/24
IP PC        = 192.168.1.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.2
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.1.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.1
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

B:     Router1
serial0/1     = 10.1.1.2
serial1/1    = 10.1.1.5
Fa0/1        = 192.168.2.1/24
IP PC        = 192.168.2.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.1
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.6
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.6
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.2.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.2
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
Added in Serial1/1    => IP-add    : 10.1.1.5
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

C:     Router2
serial0/1     = 10.1.1.6
serial1/1    = 10.1.1.9
Fa0/1        = 192.168.3.1/24
IP PC        = 192.168.3.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.5
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.10
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.10
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.3.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.6
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
Added in Serial1/1    => IP-add    : 10.1.1.9
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
D:     Router3
serial0/1     = 10.1.1.10
serial1/1    = 10.1.1.13
Fa0/1        = 192.168.4.1/24
IP PC        = 192.168.4.2./24
               Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.9
=> 192.168.5.0/21 via 10.1.1.14
              Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.4.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
              Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.10
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252
              Added in Serial1/1    => IP-add    : 10.1.1.13
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

E:     Router4
serial0/1     = 10.1.1.14
Fa0/1        = 192.168.5.1/24
IP PC        = 192.168.5.2./24
Konfigurasi di router adalah saling mengenalkan network id pada router-router yg akan di hubungkan/tuju.
Added in Routing Static => 192.168.1.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.2.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.3.0/21 via 10.1.1.13
=> 192.168.4.0/21 via 10.1.1.13
Added in Fa0/1        => IP-add     : 192.168.5.1
=> Netmask     : 255.255.255.0
Added in Serial0/1    => IP-add    : 10.1.1.14
=> Subnet Mask    : 255.255.255.252

Routing Static, merupakan pembuatan tabel routing secara manual. Routing static ini berguna untuk jaringan sederhana yang mana hanya menggunakan beberapa buah router saja dan berguna untuk penghematan penggunaan bandwidth. Secara manual maksudnya adalah jika sobat sebagai administrator jaringan, mengetikkan perintah-perintah tertentu untuk membuat IP static routing sebagai contoh misalkan saya ketikkan perintah berikut :
router(config)#ip route network_destination_id subnet_mask default_gateway [administrative_distance]

Berikut keterangan perintah yang saya buat diatas :

·         network_destination_id adalah alamat jaringan yang dituju
·         subnet_mask adalah subnet mask jaringan yang dituju.
·         default_gateway adalah IP address gateway, biasanya address router yang berhubungan langsung.
·         administrative_distance adalah nilai 0-255 yang diberikan pada routing. Bertambah rendah nilai yang diberikan maka bertambah tinggi kegunaannya. Jika nilai tidak diberikan maka nilai default akan digunakan. Nilai default untuk directly connected (C) = 0 dan statically connected (S) = 1.

          Cara membuat routing static untuk Router 1 dengan network destination ID 192.168.20.0 dan subnet mask-nya 255.255.255.0 yaitu dengan mengetikkan perintah seperti contoh diatas :

router1(config)#ip route 192.168.20.0 255.255.255.0 192.168.10.11

Routing Dynamic, menggunakan protokol routing yang membuat tabel routing secara otomatis jika topologi jaringan berubah-ubah. Routing dynamic secara umum dapat dibagi dalam dua kategori. Distance vector dan Link state routing protocol, yang masing-masing terdiri dari bermacam-macam routing protocol.
RIP (Routing Information Protocol) merupakan protocol paling sederhana yang termasuk jenis distance vector. RIP menggunakan jumlah lompatan (hop count) sebagai metric dengan 15 hop maksimum. Jadi hop count yang ke-16 tidak dapat tercapai dan router akan memberikan error message "destination is unreachable" (tujuan tidak tercapai). Daftar tabel routing protokol RIP di-update setiap 30 detik, sedangkan default administrative distance untuk RIP yaitu 120.
Untuk menerapkan RIP pada router, berikut perintahnya :
router(config)#router rip
Untuk menerapkan RIP tersebut ke suatu network address, berikut perintahnya :
router(config-router)#network network_id

      Cara mengkonfigurasikan RIP untuk Router 1 sebagai brikut :
router1(config)#ip routing
router1(config)#router rip
router1(config-router)#network 215.10.20.0
router1(config-router)#network 215.10.10.0
router1(config-router)#exit
router1#write mem

Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.
Static route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.
Gambar berikut adalah contoh diagram agar memudahkan kita memahami bagaimana kita harus memberikan konfigurasi static route kepada router. Pada contoh berikut ini dua buah ping dilakukan untuk melakukan test connectivity IP dari Sydney router kepada router Perth.


             Router Sydney melakukan beberapa EXEC command dengan hanya kepada router-router yang terhubung langsung kepadanya.
Sydney#show ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
10.0.0.0/24 is subnetted, 3 subnets
C 10.20.1.0 is directly connected, Ethernet0
C 10.20.130.0 is directly connected, Serial1
C 10.20.128.0 is directly connected, Serial0
Sydney#ping 10.20.128.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.128.252, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 4/4/8 ms
Sydney#ping 10.20.2.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.2.252, timeout is 2 seconds:
…..
Success rate is 0 percent (0/5)



Command ping mengirim paket pertama dan menunggu response. Jika diterima adanya respon, maka command menampilkan suatu karakter “!”. Jika tidak ada response diterima selama default time-out 2 seconds, maka command ping menampilkan response suatu karakter “.”. secara default router Cisco dengan command ping menampilkan 5 paket.
      Pada contoh diagram diatas, command ping 10.20.128.252 adalah jalan bagus, akan tetapi untuk command ping 10.20.2.252 justru tidak jalan. Command ping pertama berjalan OK karena router Sydney mempunyai suatu route kepada subnet dimana 10.20.128.252 berada (pada subnet 10.20.128.0). akan tetapi, command ping 10.20.2.252 tidak jalan karena subnet dimana 10.20.2.252 berada (subnet 10.20.2.0) tidak terhubung langsung kepada router Sydney, jadi router Sydney tidak mempunyai suatu route pada subnet tersebut.
        Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu di-enabled pada ketiga router dengan routing protocols. Untuk konfigurasi sederhana seperti contoh diagram diatas, penggunaan route static adalah suatu solusi yang memadai.
Maka untuk router Sydney harus diberikan konfigurasi static route seperti berikut ini:
Ip route 10.20.2.0 255.255.255.9 10.20.128.252
Ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 10.20.130.253
         Pada command ip route haruslah diberikan nomor subnet dan juga IP address hop (router) berikutnya. Satu command ip route mendefinisikan suatu route kepada subnet 10.20.2.0 (mask 255.255.255.0), dimana berlokasi jauh di router Perth, sehingga IP address pada hop berikutnya pada router Sydney adalah 10.20.128.252, yang merupakan IP address serial0 dari router Perth. Serupa dengannya, suatu route kepada 10.20.3.0 yang merupakan subnet pada router Darwin, mengarah pada serial0 pada router Darwin yaitu 10.20.130.253. Ingat bahwa IP address pada hop berikutnya adalah IP address pada subnet yang terhubung langsung – dimana tujuannya adalah mengirim paket pada router berikutnya. Sekarang router Sydney sudah bisa meneruskan paket kepada kedua subnet di luar router tersebut (yang tidak bersentuhan pada router Sydney).
          melakukan konfigurasi static route dengan dua cara yang berbeda. Dengan serial link point-to-point,  juga bisa melakukan konfigurasi kepada interface outgoing ketimbang pada IP address router pada hop berikutnya.
Misalkan mengganti ip route diatas dengan command yang sama yaitu ip route 10.20.2.0 255.255.255.0 serial0 pada router pertama pada contoh diatas.
        Kita sudah memberikan konfigurasi pada router Sydney dengan menambahkan static route, sayangnya hal ini juga belum menyelesaikan masalah. Konfigurasi static route pada router Sydney hanya membantu router tersebut agar bisa meneruskan paket pada subnet berikutnya, akan tetapi kedua router lainnya tidak mempunyai informasi routing untuk mengirim paket balik kepada router Sydney.
Misalkan saja, sebuah PC Jhonny tidak dapat melakukan ping ke PC Robert pada jaringan ini. Masalahnya adalah walaupun router Sydney mempunyai route ke subnet 10.20.2.0 dimana Robert berada, akan tetapi router Perth tidak mempunyai route kepada 10.20.1.0 dimana Jhonny berada. Permintaan ping berjalan dari PC Jhonny kepada Robert dengan baik, akan tetapi PC Robert tidak bisa merespon balik oleh router Perth kepada router Sydney ke Jhonny, sehingga dikatakan respon ping gagal.


Keuntungan static route:
·   Static route lebih aman disbanding dynamic route
·   Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.

Kerugian:
·   Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
·   Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual

IPV 6

Pendekatan Implementasi IPv6

Abstract: Dengan semakin pesatnya perkembangan internet, alokasi alamat publik IPv4 juga semakin sedikit. Sebagai salah satu langkah untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkanlah IPv6. Proses implementasi IPv6, memerlukan perubahan terhadap infrastruktur komunikasi, baik di sisi terminal, aplikasi  maupun di sisi jaringan. Booming IPv6 tidak dapat diprediksi terjadinya. Oleh karena itu maka diperlukanlah skenario implementasi IPv6 khususnya bagi penyelenggara telekomunikasi.
Sekilas mengenai IPv6
IPv6 yang disebut sebagai IP next generation, bagi penyelenggara telekomunikasi merupakan teknologi yang perlu diantisipasi pertumbuhan demand dan implementasinya. Pada saat ini hampir semua aplikasi bisnis khususnya di segmen korporasi masih memanfaatkan teknologi IP eksisting yakni IPv4, namun demikian belum terdapat tanda yang jelas kapan migrasi atau implementasi IPv6 secara global akan terjadi.
Kelebihan atau solusi yang terdapat di dalam desain IPv6 adalah salah satu pemicu percepatan implementasi. Kelebihan-kelebihan IPv6 adalah sebagai berikut:     
1)       IPv6 merupakan solusi bagi keterbatasan alamat IPv4 (32 bit). IPv6 dengan 128 bit memungkinkan pengalamatan yang lebih banyak, yang memungkinkan IP-nisasi berbagai perangkat (PDA, handphone, perangkat rumah tangga, perlengkapan otomotif).
2)       Aspek keamanan dan kualitas layanan (QoS) yang telah terintegrasi.
3)      Desain autokonfigurasi IPv6 dan strukturnya yang berhirarki memungkinkan dukungan terhadap komunikasi bergerak tanpa memutuskan komunikasi end-to-end.
4)      IPv6 memungkinkan komunikasi peer-to-peer tanpa melalui NAT, sehingga memudahkan proses kolaborasi / komunikasi end-to-end: manusia ke manusia, mesin ke mesin, manusia ke mesin dan sebaliknya.
Implementasi IPv6
Secara garis besar implementasi IPv6 tidak dapat dengan serta merta dilakukan di semua lini end-to-end, terkait dengan keterlibatan jumlah komunitas/organisasi yang sangat besar di Internet, banyaknya aplikasi berbasis IPv4 yang telah digunakan, dan banyaknya bisnis yang masih memanfaatkan IPv4. Hal yang akan terjadi adalah adanya fase transisi secara bertahap dari IPv4 ke IPv6 dan implementasi IPv6 yang co-exist dengan IPv4 selama renggang waktu yang tidak dapat diprediksi. 
Namun demikian desain IPv6 sudah menyertakan mekanisme transisi. Beberapa mekanisme transisi tersebut yaitu: 
         Translasi: yaitu mekanisme implementasi yang memungkinkan komunikasi antara IPv6 dengan IPv4. Beberapa contoh mekanisme ini adalah SIIT, NAT-PT, SOCKS 64.
         Tunneling yaitu mekanisme yang memungkinkan komunikasi end-to-end IPv6 di atas jaringan IPv4 atau sebaliknya. Contoh mekanisme tunneling ini 6to4, 6 over4, Tunnel broker, automatic tunnel.
         Dual Stack adalah mekanisme implementasi yang mempersyaratkan dukungan terhadap IPv6 dan IPv4 di perangkat yang sama.  
IPv6 berdasarkan implementasinya dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yakni:
         Implementasi di level aplikasi yang terkait juga dengan dukungan servernya.
Pada saat ini telah terdapat beberapa aplikasi yang sudah mendukung IPv6 diantaranya  aplikasi jaringan dasar (Apache: Web server, FTP, Ping, Telnet, SSH, mail) serta XML (bahasa pemrograman untuk pengembangan software), dan untuk server hampir semua Operating System versi terakhir telah mendukung IPv6 diantaranya adalah Windows XP SP1, Linux (antar lain: Fedora, Mandrake, Ubuntu), Mac OS, Sun Solaris, AIX.
         Implementasi level jaringan IP.
Untuk perangkat jaringan IP yang bekerja di bawah layer 3 OSI (seperti hub, switch layer 2, teknologi transmisi) tidak terpengaruh dengan implementasi IPv6, namun perangkat-perangkat yang melibatkan proses routing dan identifikasi layer 3 OSI (seperti routing, switch layer 3) perlu mendukung teknologi IPv6.
Kedua level implementasi IPv6 di atas dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi penyelenggara telekomunikasi untuk mengimplementasikan IPv6 di dalam infrastrukturnya dan pertimbangan pengembangan organisasi untuk implementasi IPv6.
Implementasi IPv6 di level aplikasi
Pada saat ini telah banyak aplikasi yang dikembangkan berbasis IPv6, namun demikian belum terdapat implementasi komersial yang market proven terkait dengan keengganan konsumen khususnya yang menyangkut perlunya pembelajaran bagi teknologi dan investasi baru. Banyak yang memprediksi bahwa demand/ implementasi global IPv6 muncul pada saat teknologi wireless dapat memenuhi kebutuhan jangkauan wireless yang semakin luas, dan dukungan bandwidth yang semakin besar (seperti WIMAX), serta penetrasi yang semakin besar dan dukungan IPv6 pada perangkat komunikasi mobile (handphone, PDA, notebook) serta dukungan aplikasi voice switching di atas jaringan IPv6 yang semakin mapan (standar, industri).
Terkait dengan hal tersebut bagi penyelenggara telekomunikasi, antisipasi terhadap booming IPv6 di level aplikasi perlu dipersiapkan dalam bentuk kemampuan upgrade IPv6 aplikasi/server khususnya bagi aplikasi voice dan internet.      
Implementasi IPv6 di level jaringan IP
Mengacu pada rekomendasi IETF RFC 1752, implementasi IPv6 di level jaringan IP sebaiknya dilakukan dalam bentuk upgrade secara bertahap, implementasi secara bertahap, serta biaya awal implementasi yang rendah, dimana hal tersebut dimaksudkan sebagai:
         Fase pengenalan terhadap fitur dan karakteristik dari IPv6.
         Berorientasi pada penghematan investasi.
         Manajemen resiko yang lebih baik. 
Sebagai pertimbangan di dalam implementasi IPv6, saat ini teknologi MPLS telah umum digunakan di jaringan backbone penyelenggara telekomunikasi. Di dalam MPLS terdapat beberapa metoda untuk mendukung IPv6, yaitu:
Metoda dual stack IPv6-IPv4 CE. Pada metoda ini CE memiliki kemampuan membentuk tunneling IPv6 di atas IPv4. PE mengenali trafik dari CE sebagai trafik IPv4. MPLS memberikan layanan standar IP VPN layer 3 sebagai transport trafik antar site IPv6.
Gambar 1.     Tuneling IPv6 di atas IPv4 oleh CE.  
  • Metoda L2 VPN (VPN berbasis Layer 2 OSI). Pada metode ini, PE tidak membaca alamat IP dari CE, PE hanya menyediakan layer 2 VPN (berbasis standar Martini, Compella atau VPLS) yang bersifat transparan terhadap protokol trafik di layer atasnya dan dapat digunakan sebagai transport antar site IPv6. Komunikasi antar CE menggunakan IPv6 melalui layer 2 VPN tersebut.
Gambar 2.   IPv6 di atas L2 VPN
         Dual Stack model 6PE yang mengacu pada draft-ietf-ngtrans-bgp-tunnel-04. Pada metode ini implementasi IPv6 mensyaratkan router PE mempunyai kemampuan 6PE. Antar 6PE melakukan pertukaran informasi (reachability message) mengenai keberadaan jaringan IPv6 yang diwakili menggunakan alamat IPv6. Routing dan identifikasi router di dalam jaringan MPLS tetap menggunakan IPv4.
Gambar 3. Implementasi IPv6 di MPLS menggunakan 6PE.                                                                                   
Dengan referensi ketiga metoda tersebut, penyelenggara telekomunikasi dapat menyusun skenario implementasi IPv6. Skenario transisi IPv6 berbasis MPLS yang diusulkan adalah dari Edge network ke Core Network (driver pelanggan) dengan uraian sebagai berikut:
1)       Implementasi fase awal dimana pada saat ini di Indonesia telah terdapat beberapa komunitas IPv6 (data APJII tahun 2004 menunjukkan terdapat 131.073 IPv6 yang terdaftar) metoda 1 dan 2 dapat digunakan. Metoda 1 secara generik dapat digunakan di semua daerah, oleh karena hampir semua produk router terbaru (hardware dan software) memiliki kemampuan tuneling IPv6-IPv4. Sedangkan kebijakan mengenai router dual stack CE dapat disediakan oleh pelanggan atau penyelenggara tergantung dari jenis VPN yang digunakan (manage service atau unmanage service). Metode 2 (L2 VPN) digunakan apabila PE di suatu daerah telah support teknologi tersebut. Metode 2 memberikan fleksibilitas yang lebih baik bagi pelanggan dalam hal pengaturan routing IPv6. Pada fase awal ini jika ada kebutuhan upgrade router, maka hanya terjadi di sisi CE atau PE pada daerah-daerah tertentu, sedangkan pada core network MPLS tidak diperlukan upgrade.
2)       Fase kedua adalah implementasi IPv6 di jaringan MPLS menggunakan metode 3 (6PE). Kebutuhan terhadap implementasi IPv6 di jaringan MPLS ditandai dengan  semakin besarnya komunitas IPv6 di zona 20, adanya aplikasi/layanan IPv6 yang diselenggarakan oleh penyelenggara telekomunikasi atau mulai muncul tren IPv6 di perangkat komunikasi mobile. Dalam perkembangannya metode 6PE dapat berkembang menjadi router PE yang memiliki kemampuan VPN IPv6 dan VPN IPv4 (misalnya 6VPE) yang berpotensi pada semakin baiknya performansi jaringan IPv6, dimana pada saat ini teknologi tersebut masih belum matang (masih kurangnya dukungan standar dan industri). Pada fase 2 ini kebutuhan upgrade muncul di router-router PE, serta kemungkinkan server-server aplikasi IPv6 (misalnya DNS, mail/web server)  namun belum diperlukan upgrade di core network MPLS.
3)       Fase ketiga adalah implementasi IPv6 di semua jaringan MPLS. Kebutuhan implementasi pada fase 3 ditandai dengan telah diimplementasikannya IPv6 di semua komunitas zona 20, dan semua aplikasi/layanan publik yang disediakan oleh penyelenggara telekomunikasi tersebut telah berbasis IPv6. Pada fase 3 ini kebutuhan upgrade akan muncul di core network MPLS.    
Pada skenario tahapan di atas, hanya mengatur koneksi antar site IPv6, sedangkan untuk fungsi translasi yang diperlukan untuk komunikasi antara site IPv6 dengan site IPv4, diusulkan sebagai berikut:
1)       Fungsi translasi IPv6-IPv4 disediakan oleh pelanggan. Jika kebutuhan translasi hanya pada site pelanggan diluar zona 20.
2)       Penyelenggara telekomunikasi menyediakan semacam gateway yang menjalankan fungsi translasi IPv6-IPv4 pada saat telah terdapat aplikasi/layanan publik yang berbasis IPv6. Namun hal ini dapat membuka celah keamanan jaringan dan manajemen QoS yang lebih kompleks, oleh karena itu perlu adanya pembatasan terhadap akses ke gateway tersebut.  
Penutup
Booming implementasi IPv6 khususnya di level aplikasi tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, namun dukungan industri terhadap teknologi tersebut semakin besar (baik disisi hardware dan software). Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka penyelenggara telekomunikasi perlu mempersiapkan skenario implementasi IPv6 baik di level aplikasi maupun di level jaringan IP. Implementasi IPv6 di level jaringan sebaiknya dilakukan dalam bentuk upgrade secara bertahap, implementasi secara bertahap, serta biaya awal implementasi yang rendah. 
   
Fidar Adjie L, penulis adalah salah seorang engineer lab transport di Telkom RisTI- PT TELKOM yang terlibat dalam kegiatan assessment teknologi jaringan transport. Dilibatkan dalam beberapa proyek yang terkait dengan teknologi ATM, IP, MPLS dan aplikasi multimedia.
Referensi
1.      Dokumen Presentasi IPv6, Global IPv6 Summit 2003, www.apjii.or.id
2.      IPv6 Deployment,Session RST-2305,  Cisco
3.      IPv6 – Drivers & Migration Strategy, Vijay Valayatham, www.juniper.net
4.      MPLS and VPN Architectures, Ciscopress